Cara Melatih Tenaga Dalam
Cara Melatih Tenaga Dalam
Tenaga dalam atau istilah asingnya inner power adalah tenaga yang tersimpan
dalam tubuh manusia dan mengendap di bawah sadar.tenaga dalam di sebut juga bio
listrik atau gelombang energi elektromagnetik yang di pancarkan oleh seseorang
yang telah mensinkronkan sumber-sumber listrik di dalam tubuhnya melalui olah
napas [ pernapasan ],olah rasa[penghayatan dan visualisasi] dan olah raga( jurus-jurus
). jadi bio energi listrik di dalam tubuh ini dapat di olah melalui tiga
saluran di dalam diri yaitu melalui pikiran, perasaan dan fisik.tenaga dalam
ada yang menyebutnya tenaga prana berbentuk pancaran aura dan getaran-getaran
seperti rasa dingin atau panas sesuai dengan cara orang itu melatihnya.latihan
di lakukan dari bagian perut lalu di arahkan ke anggota badan yang di kehendaki
seperti tangan, kaki dan lain-lain.tenaga dalam di bangkitkan melalui sistem
pernapasan yang terarah dengan di gabung jurus-jurus tenaga dalam.
Tenaga dalam memiliki sifat defensif hanya bisa di lontarkan jika ada
rangsangan yang datang dari luar.rangsangan itu bisa berupa serangan yang di
sertai emosi,maksud jahat,sihir dll.seorang penyerang yang berniat jahat dengan
emosi tinggi akan membangkitkan listrik di dalam tubuhnya yang besar dan
berlawanan dengan orang yang di serang artinya orang itu akan menghasilkan
gelombang elektromagnetik atau bio listrik yang berbeda arah sehingga terjadi
bentrokan yang mengacaukan bio listrik si penyerang,tenaga lawan dalam bentuk
getaran bila menabrak sistem getaran yang di serang sama dengan memberikan
tenaga kepada yang di serang sehigga terjadi interaksi getaran akibatnya bio
elektromagnetik tubuh yang di serang mengalami perubahan getaran[amplitudo]mirip
beradunya aliran listrik positif dan listrik negatif maka tenaga yang besar
akan di hasilkan dari perubahan tersebut sehingga terjadi respon[reaksi]
balasan yang setimpal yang mengakibatkan si penyerang terpental.
Hawa panas dan hawa dingin
Tenaga dalam membentuk getaran-getaran yang tersalurkan pada urat-urat
tubuh dan pembuluh-pembuluh darah apabila disalurkan. Getaran-getaran energi
ini berbeda-beda, ada yang panas dan ada yang dingin, tergantung bagaiman cara
orang itu berlatih. Energi panas (positif) dan energi dingin (negatif). Ukuran
bangkitnya tenaga dalam yaitu dengan terasanya hawa hangat pada perut atau ulu
hati. Hawa hangat ini tidak terpencar-pencar dan bisa kita salurkan ke bagian
tubuh manapun yang kita mau. Makin lama hawa hangat itu semakin panas dan
menyalurkannya semakin gampang. Tenaga dalam ini apabila disalurkan pada suatu
titik tertentu akan membentuk kekuatan yang dapat dipergunakan untuk
menghancurkan benda-benda keras, pengobatan dan lain-lain. Energi inilah yang
dipergunakan oleh kalangan persilatan di dalam menambah mutu silatnya, juga
dapat dipergunakan sebagai senjata yang ampuh.
Tenaga dalam untuk meningkatkan mutu silat
Tenaga dalam biasanya dikaitkan dengan aliran seni bela diri masyarakat
Melayu. Dipercayai tenaga dalam ada pada diri semua manusia namun perlu
dibangkitkan dengan kaedah-kaedah tertentu antara lain:
Teknik pernafasan.
Meditasi.
Latihan jurus.
Dalam lingkungan masyarakat China, tenaga dalam sangat bergantung pada
aliran chi dalam tubuh kita. Aliran chi adalah aliran tenaga adalah tenaga dari
alam dan tubuh kita yang menyatu. Ini juga tergantung pada keyakinan Yin-Yang.
Tujuan-tujuan membangkitkan tenaga dalam, di antara lain, adalah seperti
berikut:
Untuk kesehatan mental dan fisik.
Untuk bela diri jarak jauh.
Tenaga fisik menjadi jauh lebih
kuat apabila tenaga dalam sudah mencapai tingkat tertentu. Jadi bila dengan
tenaga fisik biasa kita hanya mampu mengangkat beban 50 kg, dengan dibantu
penyaluran tenaga dalam kita dapat mengangkat beban yang lebih berat dari itu.
Untuk mempertajam panca indera.
Jadi kelima panca indera mulai dari penglihatan, pendengaran, penciuman, indera
peraba dan perasa menjadi lebih peka pada tingkatan tertentu ke atas.
Untuk membangkitkan indera
keenam. Indera keenam yang lazim disebut dengan Extra Sensory Perception (ESP)
bila sudah bangkit maka firasat kita akan menjadi tajam dan bisa mengetahui
adanya bahaya sebelum terjadi. Selain itu juga bisa mengetahui niat jahat
seseorang hanya dengan melihat sekilas raut wajah orang tersebut.
Untuk menghancurkan benda-benda
keras. Target kesanggupan memecahkan benda keras tersebut tergantung dari
tingkatan tenaga dalam yang dikuasainya. Makin tinggi tenaga dalamnya, makin
besar daya hancur terhadap sasarannya.
Untuk meringankan tubuh.
Untuk memperkuat memori otak.
Untuk perawatan penyakit terutama
penyakit yang tidak dapat dirawat oleh ilmu kedokteran modern.
Sebagian pengamal ilmu tenaga dalam mengatakan bahwa tenaga dalam dapat
dijelaskan secara ilmiah. Namun hingga kini, belum ada kajian yang jelas secara
ilmiah berkenaan tenaga dalam dan manfaatnya.
Sejarah Tenaga Dalam Indonesia
Tenaga dalam atau Krachtologi (berasal dari perkataan KRACHTOS yang berarti
tenaga dan LOGOS yang berarti ilmu). Pada 4000 SM, Krachtologi sudah dikenal
oleh orang-orang Mesir Kuno. Dalam sebuah buku Papyrus “Yedimesish Ontologia”
yang sudah disalin dalam bahasa Gri Kuno, menceritakan, bila otot bahu
digerakkan akan mengeluarkan tenaga aneh sehingga dapat merobohkan orang yang
sedang marah (diktat Ameta, Krachtologi 23).
Dari Mesir, Krachtologi berkembang ke Babylon, Yunani, Romawi dan Persia.
Di Persia tenaga semacam ini dinamakan Dacht. Dalam Dahtayana disebutkan bahwa
pada suku Bukht dan Persia, terkenal ilmu perang dinamakan DAHTUZ ialah merobohkan
musuh dari jarak jauh. Kaum bangsawan Persia dilatih sejenis senam waktu
dinihari sehingga mereka mempunyai tenaga Daht itu. (Kracht 23). Dikatakannya
pula bahwa orang-orang Badwi mempunyai Daht pada matanya, bila musuh akan
menyerangnya, tiba-tiba musuh itu roboh. Mengapa orang-orang Badwi banyak
mempunyai kekuatan mata seperti itu ? Hal ini disebabkan orang-orang Badwi
dengan tanpa disadari melatih matanya dengan melihat jauh, memandang padang
pasir yang luas membentang itu.
Orang-orang Cina, Tartar, Patan, Moghul, mengenal beberapa silat yang dapat
merobohkan orang dari jauh. Silat Moghul yang terkenal diantaranya SHURULKHAN
yang artinya tipuan licik untuk raja-raja, berbentuk silat dua belas jurus dari
Taymour Lateph Baber (1460-1520). Yang boleh belajar silat itu hanya
kepala-kepala suku dari orang Moghul Islam. Bukbisj Ismeth Bey murid Lateph
Baber dapat memukul dengan toya sejauh satu mil. Bukbisj belajar Shurulkhan
dari Baber selama 20 tahun. Dengan pisau jarinya ia dapat mengeluarkan usus lawan
dari jarak satu tombak. Kawannya melihat ia belajar jurus sejak dini hari
sampai matahari naik, dengan diselingi shalat shubuh. Taymour dan Bukbisj
terkenal orang-orang yang fanatik madzhab Hambali dan sangat anti kepada orang
sufi dan tan (Kracht 24).
Di Cina terkenal beberapa macam silat yang mempergunakan Kracht,
diantaranya Gin Kang (ilmu meringankan tubuh) yang dapat dipergunakan melompat
jauh, loncat tinggi dan berjalan diatas air. Kwie Kang dan Wie Kang hampir
bersamaan, perbedaanya hanya pada jurus pertama. Kwie Kang dengan jurus tinju
dan Wie Kang dengan jurus terbuka. Wie Kang yang disebut jurus sepuluh,
tersebar sampai Vietnam, Campa, Malaya, dan Indonesia. Tumbuhlah menjadi
beberapa aliran, diantaranya silat Mandar dari Sulawesi, silat Timpung dari
Jawa Timur dan silat Nampon dari Jawa Barat, dan sebagainya. Shurulkhan pun
masuk ke Indonesia dan pembawanya ialah orang-orang Cina Islam. Diantaranya
orang Indonesia pertama yang belajar Shurulkhan ialah Tuanku Rao. Orang-orang
Cina Islam menamakan silat itu Tou Yu Kang.
Penyebaran ilmu tenaga dalam di Indonesia
Pada awalnya tenaga dalam hanya dipelajari secara terbatas di berbagai
perguruan silat. Para pendekar silat yang tercatat sebagai guru bagi para
pendiri perguruan silat tenaga dalam generasi berikutnya antara lain:
1. Abah Khoir, yang mendirikan silat Cimande, Cianjur
2. Bang Madi, dari Batavia
3. Bang Kari, dari Batavia
4. Bang Ma’ruf, dari Batavia
5. Haji Qosim, dikenal juga dengan nama Syahbandar atau Subandari, dari
kerajaan Pagar Ruyung
6. Haji Odo, seorang kiai dari pesantren di Cikampek
Perlu menjadi catatan bahwa pada masa ini belum dikenal teknik pukulan
tenaga dalam atau pukulan jarak jauh. Silat yang diajarkan oleh Madi, Kari dan
Syahbandar lebih bersifat fisik. Baik Madi, Kari dan Syahbandar dikenal sebagai
pendekar silat (fisik) pada masanya. H. Qosim yang kemudian dikenal sebagai
Syahbandar atau Mama’ Subadar karena tinggal dan disegani masyarakat desa
Subadar di wilayah Cianjur. Sedangkan Madi dikenal sebagai penjual dan penjinak
kuda binal yang diimpor asal Eropa.
Dalam dunia persilatan Madi dikenal pakar dalam mematah siku lawan dengan
jurus gilesnya, sedangkan Kari dikenal sebagai pendekar asli Benteng Tangerang
yang juga menguasai jurus-jurus kung fu dan ahli dalam teknik jatuhan. Pada era
Syahbandar, Kari dan Madi banyak pendekar dari berbagai aliran berkumpul di
Batavia. Batavia seakan menjadi pusat barter ilmu bela diri dari berbagai
aliran, mulai dari silat Padang, silat Betawi kombinasi kung fu ala Bang Kari,
juga aliran Cimande yang dibawa oleh Khoir.
Perkembangan Selanjutnya
Pada tahun-tahun berikutnya, perkembangan perguruan tenaga dalam layaknya
MLM (Multi Level Marketing). Seseorang yang belajar pada suatu perguruan
memilih untuk mendirikan perguruan baru sesuai selera pribadinya. Ini adalah
gejala alamiah yang tidak perlu dimasalahkan, karena setiap guru atau orang
yang merasa mampu mengajarkan ilmu pada orang lain itu belum tentu sepaham
dengan tradisi yang ada pada perguruan yang pernah diikutinya.
Pertimbangan merubah nama perguruan itu dilatarbelakangi oleh hal-hal yang
amat kompleks, mulai adanya ketidaksepahaman pola pikir antara orang zaman dulu
yang mistis dan kalangan modernis yang mempertimbangkan sisi kemurnian aqidah
dan ilmiah, disamping pertimbangan dari sisi komersial. Yang pasti, misi orang
mempelajari tenaga dalam pada masyarakat sekarang sudah mulai berubah dari yang
semula berorientasi pada ilmu kesaktian menuju pada gerak fisik (olah raga)
karena orang sekarang menganggap lawan berat yang sesungguhnya adalah penyakit.
Karena itu, promosi perguruan lebih mengeksploitasi kemampuan mengobati diri
sendiri dan orang lain.
Aliran perguruan tenaga dalam yang mengeksploitasi kesaktian kini lebih
diminati masyarakat tradisional. Dan menurut pengamatan beberapa pihak,
perguruan ini justru sering “bermasalah” disebabkan pola pembinaan yang
menggiring penganutnya pada sikap “kejawaraan” melalui doktrin-doktrin yang
kurang bersahabat pada aliran lain dari sesama perguruan tenaga dalam maupun
bela diri dari luar (asing).
Sikap ini sebenarnya bertentangan dengan sikap para tokoh seperti Bang Kari
yang selalu wanti-wanti agar siapapun yang mengamalkan bela diri untuk selalu
memperhatikan “sikap 5” yaitu :
- Jangan cepat puas.
- Jangan suka pamer.
- Jangan merasa paling jago.
- Jangan suka mencari pujian dan
- Jangan menyakiti orang lain.
Dan perlu diingat, perkembangan pencak silat sebagai dasar dari tenaga
dalam itu, baik pelaku maupun keilmuannya dapat berkembang karena silaturahmi
antar tokoh, mulai dari silat Pagar Ruyung Padang yang dibawa H Kosim
(Syahbandar), Bang Kari dan Bang Madi yang merangkum silat Betawi dengan Kung
Fu, juga Abah Khoir dengan Cimandenya, RH. Ibrahim dengan Cikalongnya. Setiap
perguruan tenaga dalam memberikan sumbangsih tersendiri bagi masyarakat
Indonesia. Margaluyu menorehkan tinta emas sebagai perguruan tua yang banyak
mengilhami hampir sebagian besar perguruan di Indonesia, dan cabang-cabang dari
perguruan ini banyak berjasa bagi pengembangan tenaga dalam yang ilmiah dan universal.
Sin Lam Ba, Al-Hikmah, Silat Tauhid Indonesia berjasa dalam memberikan nafas
religius bagi pesertanya, dan aliran Nampon berjasa dalam memberikan semangat
bagi para pejuang di era kemerdekaan. Terlepas dari sisi positif dari
aliran-aliran besar itu, pengembangan aliran tenaga dalam yang kini masih
memilih corak pengembangan bela diri dan kesaktian itu justru mendapat kritik
dari para pendahulunya.
Pada tahun 1984 Alm. Sidik murid dari H Abdul Rosyid saat berkunjung ke
wilayah Pati utara dan menyaksikan cara betarung (peragaan) suatu perguruan
“pecahan” dari Budi Suci, menyayangkan kenapa sebagian besar dari siswa
perguruan tenaga dalam itu sudah meninggalkan teknik silat (fisik) sebagai
basic tenaga dalam.
Artinya, saat diserang mereka cenderung diam dan hanya mengeraskan bagian
dada/perut. Kebiasaan ini menurutnya suatu saat akan menjadi bumerang saat
harus menghadapi perkelahian diluar gelanggang latihan. Karena saat latihan
hanya dengan “diam” saja sudah mampu mementalkan penyerang hingga memberikan
kesan bahwa menggunakan tenaga dalam itu mudah sekali. Mereka tidak sadar bahwa
dalam perkelahian di luar gelanggang latihan itu, suasananya berbeda. Dalam
arena latihan yang dihadapi adalah teman sendiri yang sudah terlatih dalam
menciptakan emosi (amarah).
Cara bela diri memanfaatkan tenaga dalam yang benar menurut Alm. Sidik
sudah dicontohkan oleh Nampon saat ditantang jawara dari Banten dan saat akan
dicoba kesaktiannya oleh KM Tamim. Yaitu, awalnya mengalah dan berupaya
menghindar namun ketika lawan masih memaksa menyerang, baru dilayani dengan
jurus silat secara fisik, menghindar, menangkis dan pada saat yang dianggap
tepat memancing amarah dengan tamparan ringan dan setelah penyerang emosi, baru
menggunakan tenaga dalam.
Pola pembinaan bela diri yang tidak lengkap yang hanya fokus pada sisi
batin saja, sering menjadi bumerang bagi mereka yang sudah merasa memiliki
tenaga dalam sehingga terlalu yakin bahwa bagaimanapun bentuk serangannya,
cukup dengan diam (saja) penyerang pasti mental. Dan ketika mereka menghadapi
bahaya yang sesungguhnya, ternyata menggunakan tenaga dalam tidak semudah saat
berlatih dengan teman seperguruannya.
Fenomena pembinaan yang sepotong-potong ini tidak lepas dari keterbatasan
sebagian guru yang pada umumnya hanya pernah “mampir” di perguruan tenaga
dalam. Sidik mengakui banyak orang yang belajar di Budi Suci hanya bermodal
“jurus dasar” saja sudah banyak yang berani membuka perguruan baru. Padahal
dalam Budi Suci itu terdapat 3 tahapan jurus. Yaitu, Dasar Jurus – Jodoh Jurus
dan Kembang Jurus (ibingan).
Karena tergesa-gesa ingin membuka aliran baru itu menyebabkan siswa sering
tidak siap disaat harus menggunakan tenaga dalamnya. Dan Yosis Siswoyo dari
Bandar Karima memberikan konsep bahwa keberhasilan memanfaatkan tenaga dalam
ditentukan dari prinsip “min-plus” yang dapat diartikan : Biarkan orang berniat
jahat (marah), aku memilih untuk tetap bertahan dan sabar.
Karena itu pembinaan fisik, teknik bela diri fisik, teknik, kelenturan,
refleks dan mental bertarung perlu ditanamkan terlebih dahulu karena kegagalan
memanfaatkan tenaga dalam lebih disebabkan mental yang belum siap sehingga
orang ingat punya jurus tenaga dalam setelah perkelahian itu sudah usai.
Berdasarkan pengamatan, tenaga dalam berfungsi baik justru disaat
pemiliknya “tidak sengaja” dan terpaksa harus bertahan dari serangan orang yang
berniat jahat. Dan tenaga dalam itu sering gagal justru disaat tenaga dalam itu
dipersiapkan sebelumnya untuk “berkelahi” dan akan lebih gagal total jika
tenaga dalam itu digunakan untuk mencari masalah.
Tenaga dalam harus bersifat defensif atau bertahan. Biarkan orang marah dan
tetaplah bertahan dengan sabar dan tak perlu mengimbangi amarah. Sebab jika
pemilik tenaga dalam mengimbangi amarah, maka rumusnya menjadi “plus ketemu
plus” yang menyebabkan energi itu tidak berfungsi. Dan dalam hal ini Budi Suci
menjabarkan konsep “min – plus” itu dengan sikap membiarkan lawan “budi”
(bergerak/amarah) dan tetap mempertahankan “suci” (sabar, tenang).
Memposisikan diri tetap bertahan (sabar) sangat ditentukan tingkat
kematangan mental. Dan pada masa Nampon dan H Abdul Rosyid, tenaga dalam banyak
berhasil karena dipegang oleh pendekar yang sudah terlatih bela diri secara
fisik (sabung) sehingga saat menghadapi penyerang mentalnya tetap terjaga.
Sekarang semua sudah berubah. Orang belajar tenaga dalam sudah telanjur
yakin bahwa serangan lawan tidak dapat menyentuh sehingga fisik tidak
dipersiapkan menghindar atau berbenturan. Dan karena tidak terlatih itu disaat
melakukan kontak fisik, yang muncul justru rasa takut atau bahkan mengimbangi
amarah hingga keluar dari konsep “min-plus”.
Sejarah tentang tenaga dalam perlu diketahui oleh mereka yang mengikuti
suatu aliran tenaga dalam. Ketidaktahuan tentang sejarah itu dapat menggiring
seseorang bersikap kacang lupa kulit, bahkan memunculkan “anekdot spiritual”
sebagaimana dilakukan seorang guru tenaga dalam yang karena ditanya
murid-muridnya dan ia tidak memiliki jawaban lalu menjelaskan bahwa orang-orang
yang ditokohkan dalam perguruan itu dengan jawaban yang mengada-ada. Misalnya,
Saman adalah seorang Syekh dari Yaman, Madi disebut sebagai Imam Mahdi, Kari
adalah Imam Buchori, Subandari adalah Syeh Isbandari. Dan jawaban seperti itu
tidak memiliki dasar dan konon hanya berdasarkan pada kata orang tua semata.
Macam – macam pernapasan
1. Nafas perut
Tekniknya tarik nafas lewat hidung, perut ikut mengembang…buang halus lewat
hidung sambil perut dikempiskan sekempis-kempisnya. Agak ditekan sedikit ke
dalam. Gak perlu tahan nafas, otomatis antara tarikan dan buang nafas ada jeda
barang sedetik sih. Inget untuk selalu rileks…gak perlu pakai konsentrasi
berlebihan, tp cukup pindahkan perhatian pikiran ke perut. Posisinya bisa duduk
atau bersila. Sebisa mungkin jangan bersandar. Lakukan min sepuluh menit. Kalau
dasarnya udah kuat entar ada hawa hangat di perut. Kalau dilakukan semakin lama
ntar atmosfir udara di sekeliling loe berubah jd sejuk, agak2 dingin malah.
2. Nafas dada
Tarik nafas lewat hidung, dada yang mengembang/naik. Usahakan posisi perut
tetap rata, jd udara gak terlalu banyak masuk ke perut. Tahan senyaman mungkin.
Idealnya minimal 3 detik. Semakin lama semakin bagus, tp yang terpenting sesuai
kesanggupan…loe ngerasa nyamannya berapa lama. Buang halus lewat mulut.
Otomatis dada ikut mengempis. Usahakan semua otot tubuh rileks. Cukup pindahkan
perhatian pikiran ke dada. Lakukan minimal 10 menit juga. Kalau ada rasa hangat
di dada pertahankan fokus perhatian ke rasa hangat td.
3. Nafas diafragma
Tarik nafas lewat hidung, tp dada + perut sama2 ikut mengembang. Pindahkan
fokus perhatian ke ulu hati. Biasanya ada sedikit terasa tekanan di daerah ulu
hati. Tahan senyaman mungkin, lalu buang halus lewat mulut sambil mengempiskan
dada+perut. Tetap rileks…Lakukan minimal 10 menit juga.
Jd urutan latihan seperti diatas, nafas perut, lalu pindah ke nafas dada,
lalu langsung pindah ke nafas diafragma. Usahan perpindahan antar tiap nafas
sesmooth mungkin, and tanpa putus. Setelah kelar, lakukan lg nafas perut dengan
santai…fokuskan perhatian ke area solar plexus (antara pusar dan perut bawah).
Lakukan sampai terasa hawa hangat di area ini, kalau terasa teruskan nafas
perut minimal 5 menit lg. Kalau tidak terasa hawa hangat, cukup lakukan nafas
perut sampai suhu tubuh normal atau hawa disekeliling menjadi sejuk. (umumnya
dalam proses latihan td suhu tubuh meningkat sampai mengeluarkan keringat yang
cukup banyak).
Ini harus dilakukan, untuk menyimpan tenaga dalam yang sudah bangkit td di
solar plexus…
Latihan dasar 1
Setelah itu duduk/bersila, posisikan kedua telapak tangan di atas lutut
dengan telapak tangan menghadap keatas. Niatkan menyerap energi alam dan
ditampung di tangan td. Dengan berniat otomatis otak mengirimkan perintah ke
tubuh untuk mempersiapkan diri menyerap energi. Setelah itu rasakan dikedua
telapak tangan….ada sensasi energi tidak? Kalau ada cukup pertahankan fokus
perhatian ke kedua telapak tangan, sampai terasa berat/hangat sekali. Bayangkan
energi yang diserap td tertampung di kedua tangan dan membentuk bola
energi…..Setelah cukup (pakai intuisi bro…) masukkan ke tubuh melalui ubun2.
Caranya angkat kedua telapak tangan yang sudah ada bola energinya td ke atas
ubun2…lalu gerakkan ke arah belakang kepala sambil berniat/membayangkan energi
masuk dan menyebar ke seluruh tubuh. Ulangi min 5 kali….
Untuk yang tidak merasakan sensasi energi di telapak tangan pada saat
melakukan penyerapan energi alam ini, silakan lakukan latihan kepekaan dasar
berikut:
1. Gosok2 kan kedua telapak tangan perlahan-lahan, kemusian semakin lama
semakin cepat sampai kedua telapak tangan terasa panas.
2. Setelah terasa panas, pisahkan kedua tangan dalam jarak +/- 25-30 cm,
dalam posisi saling berhadapan di depan dada.
3. Fokuskan perhatian ke ruang kosong antara kedua telapak tangan, rasakan
sensasi gelombang elektromagnetic yang terjadi.
4. Apabila terasa sensasi energi yang cukup kuat, jauhkan jarak antara
kedua telapak tangan perlahan-lahan sambil tetap merasakan sensasi energi yang
ada.
5. Tahan jarak kedua telapak tangan sampai maksimal +/- 60 cm. Kemudian
dekatkan lagi perlahan-lahan.
6. Ulangi langkah 1-5 diatas beberapa kali.
Tips:
-Lakukan serileks mungkin, gak perlu terlalu dipaksakan. Tahan nafasnya
cukup senyaman mungkin…sekuat loe deh! Kalau gak kuat 10 menit tiap nafas,
boleh 5 menit-5 menit dulu…
-Usahakan pakai baju yang agak longgar, jangan memakai aksesoris apapun
(jam tangan, cincin dll)
-Untuk latihan nafas lakukan dengan mata terbuka..untuk menghindari ada
pengejangan di area otot wajah dan kepala, sehingga energi latihan tdk banyak
yang tersalur ke area kepala dl…
-Untuk penyerapan energi alam bs dilakukan dalam kondisi mata tertutup, dan
lakukan dengan pernafasan biasa atau nafas perut..(silahkan pilih yang lebih
nyaman & rileks)
- Untuk teknik Latihan Pernafasan Jangan disatukan, dimodifikasi dengan
teknik latihan lain walaupun mirip. Pada teknik selanjutnya akan ada teknik
membuka jalur energi yang apabila dikombinasikan bukan dengan teknik pernafasan
diatas akan berakibat buruk bagi kesehatan.
Tenaga dalam atau istilah asingnya inner power adalah tenaga yang tersimpan
dalam tubuh manusia dan mengendap di bawah sadar.tenaga dalam di sebut juga bio
listrik atau gelombang energi elektromagnetik yang di pancarkan oleh seseorang
yang telah mensinkronkan sumber-sumber listrik di dalam tubuhnya melalui olah
napas [ pernapasan ],olah rasa[penghayatan dan visualisasi] dan olah raga(
jurus-jurus ). jadi bio energi listrik di dalam tubuh ini dapat di olah melalui
tiga saluran di dalam diri yaitu melalui pikiran, perasaan dan fisik.tenaga
dalam ada yang menyebutnya tenaga prana berbentuk pancaran aura dan
getaran-getaran seperti rasa dingin atau panas sesuai dengan cara orang itu
melatihnya.latihan di lakukan dari bagian perut lalu di arahkan ke anggota
badan yang di kehendaki seperti tangan, kaki dan lain-lain.tenaga dalam di
bangkitkan melalui sistem pernapasan yang terarah dengan di gabung jurus-jurus
tenaga dalam.
Tenaga dalam memiliki sifat defensif hanya bisa di lontarkan jika ada
rangsangan yang datang dari luar.rangsangan itu bisa berupa serangan yang di
sertai emosi,maksud jahat,sihir dll.seorang penyerang yang berniat jahat dengan
emosi tinggi akan membangkitkan listrik di dalam tubuhnya yang besar dan
berlawanan dengan orang yang di serang artinya orang itu akan menghasilkan
gelombang elektromagnetik atau bio listrik yang berbeda arah sehingga terjadi
bentrokan yang mengacaukan bio listrik si penyerang,tenaga lawan dalam bentuk
getaran bila menabrak sistem getaran yang di serang sama dengan memberikan
tenaga kepada yang di serang sehigga terjadi interaksi getaran akibatnya bio
elektromagnetik tubuh yang di serang mengalami perubahan
getaran[amplitudo]mirip beradunya aliran listrik positif dan listrik negatif
maka tenaga yang besar akan di hasilkan dari perubahan tersebut sehingga
terjadi respon[reaksi] balasan yang setimpal yang mengakibatkan si penyerang
terpental.
Hawa panas dan hawa dingin
Tenaga dalam membentuk getaran-getaran yang tersalurkan pada urat-urat
tubuh dan pembuluh-pembuluh darah apabila disalurkan. Getaran-getaran energi ini
berbeda-beda, ada yang panas dan ada yang dingin, tergantung bagaiman cara
orang itu berlatih. Energi panas (positif) dan energi dingin (negatif). Ukuran
bangkitnya tenaga dalam yaitu dengan terasanya hawa hangat pada perut atau ulu
hati. Hawa hangat ini tidak terpencar-pencar dan bisa kita salurkan ke bagian
tubuh manapun yang kita mau. Makin lama hawa hangat itu semakin panas dan
menyalurkannya semakin gampang. Tenaga dalam ini apabila disalurkan pada suatu
titik tertentu akan membentuk kekuatan yang dapat dipergunakan untuk
menghancurkan benda-benda keras, pengobatan dan lain-lain. Energi inilah yang
dipergunakan oleh kalangan persilatan di dalam menambah mutu silatnya, juga
dapat dipergunakan sebagai senjata yang ampuh.
Tenaga dalam untuk meningkatkan mutu silat
Tenaga dalam biasanya dikaitkan dengan aliran seni bela diri masyarakat
Melayu. Dipercayai tenaga dalam ada pada diri semua manusia namun perlu
dibangkitkan dengan kaedah-kaedah tertentu antara lain:
Teknik pernafasan.
Meditasi.
Latihan jurus.
Dalam lingkungan masyarakat China, tenaga dalam sangat bergantung pada
aliran chi dalam tubuh kita. Aliran chi adalah aliran tenaga adalah tenaga dari
alam dan tubuh kita yang menyatu. Ini juga tergantung pada keyakinan Yin-Yang.
Tujuan-tujuan membangkitkan tenaga dalam, di antara lain, adalah seperti
berikut:
Untuk kesehatan mental dan fisik.
Untuk bela diri jarak jauh.
Tenaga fisik menjadi jauh lebih
kuat apabila tenaga dalam sudah mencapai tingkat tertentu. Jadi bila dengan
tenaga fisik biasa kita hanya mampu mengangkat beban 50 kg, dengan dibantu
penyaluran tenaga dalam kita dapat mengangkat beban yang lebih berat dari itu.
Untuk mempertajam panca indera.
Jadi kelima panca indera mulai dari penglihatan, pendengaran, penciuman, indera
peraba dan perasa menjadi lebih peka pada tingkatan tertentu ke atas.
Untuk membangkitkan indera
keenam. Indera keenam yang lazim disebut dengan Extra Sensory Perception (ESP)
bila sudah bangkit maka firasat kita akan menjadi tajam dan bisa mengetahui
adanya bahaya sebelum terjadi. Selain itu juga bisa mengetahui niat jahat
seseorang hanya dengan melihat sekilas raut wajah orang tersebut.
Untuk menghancurkan benda-benda
keras. Target kesanggupan memecahkan benda keras tersebut tergantung dari
tingkatan tenaga dalam yang dikuasainya. Makin tinggi tenaga dalamnya, makin
besar daya hancur terhadap sasarannya.
Untuk meringankan tubuh.
Untuk memperkuat memori otak.
Untuk perawatan penyakit terutama
penyakit yang tidak dapat dirawat oleh ilmu kedokteran modern.
Sebagian pengamal ilmu tenaga dalam mengatakan bahwa tenaga dalam dapat
dijelaskan secara ilmiah. Namun hingga kini, belum ada kajian yang jelas secara
ilmiah berkenaan tenaga dalam dan manfaatnya.
Sejarah Tenaga Dalam Indonesia
Tenaga dalam atau Krachtologi (berasal dari perkataan KRACHTOS yang berarti
tenaga dan LOGOS yang berarti ilmu). Pada 4000 SM, Krachtologi sudah dikenal
oleh orang-orang Mesir Kuno. Dalam sebuah buku Papyrus “Yedimesish Ontologia” yang
sudah disalin dalam bahasa Gri Kuno, menceritakan, bila otot bahu digerakkan
akan mengeluarkan tenaga aneh sehingga dapat merobohkan orang yang sedang marah
(diktat Ameta, Krachtologi 23).
Dari Mesir, Krachtologi berkembang ke Babylon, Yunani, Romawi dan Persia.
Di Persia tenaga semacam ini dinamakan Dacht. Dalam Dahtayana disebutkan bahwa
pada suku Bukht dan Persia, terkenal ilmu perang dinamakan DAHTUZ ialah
merobohkan musuh dari jarak jauh. Kaum bangsawan Persia dilatih sejenis senam
waktu dinihari sehingga mereka mempunyai tenaga Daht itu. (Kracht 23).
Dikatakannya pula bahwa orang-orang Badwi mempunyai Daht pada matanya, bila
musuh akan menyerangnya, tiba-tiba musuh itu roboh. Mengapa orang-orang Badwi
banyak mempunyai kekuatan mata seperti itu ? Hal ini disebabkan orang-orang
Badwi dengan tanpa disadari melatih matanya dengan melihat jauh, memandang
padang pasir yang luas membentang itu.
Orang-orang Cina, Tartar, Patan, Moghul, mengenal beberapa silat yang dapat
merobohkan orang dari jauh. Silat Moghul yang terkenal diantaranya SHURULKHAN
yang artinya tipuan licik untuk raja-raja, berbentuk silat dua belas jurus dari
Taymour Lateph Baber (1460-1520). Yang boleh belajar silat itu hanya
kepala-kepala suku dari orang Moghul Islam. Bukbisj Ismeth Bey murid Lateph
Baber dapat memukul dengan toya sejauh satu mil. Bukbisj belajar Shurulkhan
dari Baber selama 20 tahun. Dengan pisau jarinya ia dapat mengeluarkan usus
lawan dari jarak satu tombak. Kawannya melihat ia belajar jurus sejak dini hari
sampai matahari naik, dengan diselingi shalat shubuh. Taymour dan Bukbisj
terkenal orang-orang yang fanatik madzhab Hambali dan sangat anti kepada orang
sufi dan tan (Kracht 24).
Di Cina terkenal beberapa macam silat yang mempergunakan Kracht,
diantaranya Gin Kang (ilmu meringankan tubuh) yang dapat dipergunakan melompat
jauh, loncat tinggi dan berjalan diatas air. Kwie Kang dan Wie Kang hampir
bersamaan, perbedaanya hanya pada jurus pertama. Kwie Kang dengan jurus tinju
dan Wie Kang dengan jurus terbuka. Wie Kang yang disebut jurus sepuluh,
tersebar sampai Vietnam, Campa, Malaya, dan Indonesia. Tumbuhlah menjadi
beberapa aliran, diantaranya silat Mandar dari Sulawesi, silat Timpung dari
Jawa Timur dan silat Nampon dari Jawa Barat, dan sebagainya. Shurulkhan pun
masuk ke Indonesia dan pembawanya ialah orang-orang Cina Islam. Diantaranya
orang Indonesia pertama yang belajar Shurulkhan ialah Tuanku Rao. Orang-orang
Cina Islam menamakan silat itu Tou Yu Kang.
Penyebaran ilmu tenaga dalam di Indonesia
Pada awalnya tenaga dalam hanya dipelajari secara terbatas di berbagai
perguruan silat. Para pendekar silat yang tercatat sebagai guru bagi para
pendiri perguruan silat tenaga dalam generasi berikutnya antara lain:
1. Abah Khoir, yang mendirikan silat Cimande, Cianjur
2. Bang Madi, dari Batavia
3. Bang Kari, dari Batavia
4. Bang Ma’ruf, dari Batavia
5. Haji Qosim, dikenal juga dengan nama Syahbandar atau Subandari, dari
kerajaan Pagar Ruyung
6. Haji Odo, seorang kiai dari pesantren di Cikampek
Perlu menjadi catatan bahwa pada masa ini belum dikenal teknik pukulan
tenaga dalam atau pukulan jarak jauh. Silat yang diajarkan oleh Madi, Kari dan
Syahbandar lebih bersifat fisik. Baik Madi, Kari dan Syahbandar dikenal sebagai
pendekar silat (fisik) pada masanya. H. Qosim yang kemudian dikenal sebagai
Syahbandar atau Mama’ Subadar karena tinggal dan disegani masyarakat desa
Subadar di wilayah Cianjur. Sedangkan Madi dikenal sebagai penjual dan penjinak
kuda binal yang diimpor asal Eropa.
Dalam dunia persilatan Madi dikenal pakar dalam mematah siku lawan dengan
jurus gilesnya, sedangkan Kari dikenal sebagai pendekar asli Benteng Tangerang
yang juga menguasai jurus-jurus kung fu dan ahli dalam teknik jatuhan. Pada era
Syahbandar, Kari dan Madi banyak pendekar dari berbagai aliran berkumpul di
Batavia. Batavia seakan menjadi pusat barter ilmu bela diri dari berbagai
aliran, mulai dari silat Padang, silat Betawi kombinasi kung fu ala Bang Kari,
juga aliran Cimande yang dibawa oleh Khoir.
Perkembangan Selanjutnya
Pada tahun-tahun berikutnya, perkembangan perguruan tenaga dalam layaknya
MLM (Multi Level Marketing). Seseorang yang belajar pada suatu perguruan
memilih untuk mendirikan perguruan baru sesuai selera pribadinya. Ini adalah
gejala alamiah yang tidak perlu dimasalahkan, karena setiap guru atau orang
yang merasa mampu mengajarkan ilmu pada orang lain itu belum tentu sepaham
dengan tradisi yang ada pada perguruan yang pernah diikutinya.
Pertimbangan merubah nama perguruan itu dilatarbelakangi oleh hal-hal yang
amat kompleks, mulai adanya ketidaksepahaman pola pikir antara orang zaman dulu
yang mistis dan kalangan modernis yang mempertimbangkan sisi kemurnian aqidah
dan ilmiah, disamping pertimbangan dari sisi komersial. Yang pasti, misi orang
mempelajari tenaga dalam pada masyarakat sekarang sudah mulai berubah dari yang
semula berorientasi pada ilmu kesaktian menuju pada gerak fisik (olah raga)
karena orang sekarang menganggap lawan berat yang sesungguhnya adalah penyakit.
Karena itu, promosi perguruan lebih mengeksploitasi kemampuan mengobati diri
sendiri dan orang lain.
Aliran perguruan tenaga dalam yang mengeksploitasi kesaktian kini lebih
diminati masyarakat tradisional. Dan menurut pengamatan beberapa pihak,
perguruan ini justru sering “bermasalah” disebabkan pola pembinaan yang menggiring
penganutnya pada sikap “kejawaraan” melalui doktrin-doktrin yang kurang
bersahabat pada aliran lain dari sesama perguruan tenaga dalam maupun bela diri
dari luar (asing).
Sikap ini sebenarnya bertentangan dengan sikap para tokoh seperti Bang Kari
yang selalu wanti-wanti agar siapapun yang mengamalkan bela diri untuk selalu
memperhatikan “sikap 5” yaitu :
- Jangan cepat puas.
- Jangan suka pamer.
- Jangan merasa paling jago.
- Jangan suka mencari pujian dan
- Jangan menyakiti orang lain.
Dan perlu diingat, perkembangan pencak silat sebagai dasar dari tenaga
dalam itu, baik pelaku maupun keilmuannya dapat berkembang karena silaturahmi
antar tokoh, mulai dari silat Pagar Ruyung Padang yang dibawa H Kosim
(Syahbandar), Bang Kari dan Bang Madi yang merangkum silat Betawi dengan Kung
Fu, juga Abah Khoir dengan Cimandenya, RH. Ibrahim dengan Cikalongnya. Setiap
perguruan tenaga dalam memberikan sumbangsih tersendiri bagi masyarakat
Indonesia. Margaluyu menorehkan tinta emas sebagai perguruan tua yang banyak
mengilhami hampir sebagian besar perguruan di Indonesia, dan cabang-cabang dari
perguruan ini banyak berjasa bagi pengembangan tenaga dalam yang ilmiah dan
universal. Sin Lam Ba, Al-Hikmah, Silat Tauhid Indonesia berjasa dalam
memberikan nafas religius bagi pesertanya, dan aliran Nampon berjasa dalam
memberikan semangat bagi para pejuang di era kemerdekaan. Terlepas dari sisi
positif dari aliran-aliran besar itu, pengembangan aliran tenaga dalam yang
kini masih memilih corak pengembangan bela diri dan kesaktian itu justru
mendapat kritik dari para pendahulunya.
Pada tahun 1984 Alm. Sidik murid dari H Abdul Rosyid saat berkunjung ke
wilayah Pati utara dan menyaksikan cara betarung (peragaan) suatu perguruan
“pecahan” dari Budi Suci, menyayangkan kenapa sebagian besar dari siswa
perguruan tenaga dalam itu sudah meninggalkan teknik silat (fisik) sebagai
basic tenaga dalam.
Artinya, saat diserang mereka cenderung diam dan hanya mengeraskan bagian
dada/perut. Kebiasaan ini menurutnya suatu saat akan menjadi bumerang saat
harus menghadapi perkelahian diluar gelanggang latihan. Karena saat latihan
hanya dengan “diam” saja sudah mampu mementalkan penyerang hingga memberikan
kesan bahwa menggunakan tenaga dalam itu mudah sekali. Mereka tidak sadar bahwa
dalam perkelahian di luar gelanggang latihan itu, suasananya berbeda. Dalam
arena latihan yang dihadapi adalah teman sendiri yang sudah terlatih dalam
menciptakan emosi (amarah).
Cara bela diri memanfaatkan tenaga dalam yang benar menurut Alm. Sidik
sudah dicontohkan oleh Nampon saat ditantang jawara dari Banten dan saat akan
dicoba kesaktiannya oleh KM Tamim. Yaitu, awalnya mengalah dan berupaya
menghindar namun ketika lawan masih memaksa menyerang, baru dilayani dengan
jurus silat secara fisik, menghindar, menangkis dan pada saat yang dianggap
tepat memancing amarah dengan tamparan ringan dan setelah penyerang emosi, baru
menggunakan tenaga dalam.
Pola pembinaan bela diri yang tidak lengkap yang hanya fokus pada sisi
batin saja, sering menjadi bumerang bagi mereka yang sudah merasa memiliki
tenaga dalam sehingga terlalu yakin bahwa bagaimanapun bentuk serangannya,
cukup dengan diam (saja) penyerang pasti mental. Dan ketika mereka menghadapi
bahaya yang sesungguhnya, ternyata menggunakan tenaga dalam tidak semudah saat
berlatih dengan teman seperguruannya.
Fenomena pembinaan yang sepotong-potong ini tidak lepas dari keterbatasan
sebagian guru yang pada umumnya hanya pernah “mampir” di perguruan tenaga
dalam. Sidik mengakui banyak orang yang belajar di Budi Suci hanya bermodal
“jurus dasar” saja sudah banyak yang berani membuka perguruan baru. Padahal
dalam Budi Suci itu terdapat 3 tahapan jurus. Yaitu, Dasar Jurus – Jodoh Jurus
dan Kembang Jurus (ibingan).
Karena tergesa-gesa ingin membuka aliran baru itu menyebabkan siswa sering
tidak siap disaat harus menggunakan tenaga dalamnya. Dan Yosis Siswoyo dari
Bandar Karima memberikan konsep bahwa keberhasilan memanfaatkan tenaga dalam
ditentukan dari prinsip “min-plus” yang dapat diartikan : Biarkan orang berniat
jahat (marah), aku memilih untuk tetap bertahan dan sabar.
Karena itu pembinaan fisik, teknik bela diri fisik, teknik, kelenturan,
refleks dan mental bertarung perlu ditanamkan terlebih dahulu karena kegagalan
memanfaatkan tenaga dalam lebih disebabkan mental yang belum siap sehingga
orang ingat punya jurus tenaga dalam setelah perkelahian itu sudah usai.
Berdasarkan pengamatan, tenaga dalam berfungsi baik justru disaat
pemiliknya “tidak sengaja” dan terpaksa harus bertahan dari serangan orang yang
berniat jahat. Dan tenaga dalam itu sering gagal justru disaat tenaga dalam itu
dipersiapkan sebelumnya untuk “berkelahi” dan akan lebih gagal total jika
tenaga dalam itu digunakan untuk mencari masalah.
Tenaga dalam harus bersifat defensif atau bertahan. Biarkan orang marah dan
tetaplah bertahan dengan sabar dan tak perlu mengimbangi amarah. Sebab jika
pemilik tenaga dalam mengimbangi amarah, maka rumusnya menjadi “plus ketemu
plus” yang menyebabkan energi itu tidak berfungsi. Dan dalam hal ini Budi Suci
menjabarkan konsep “min – plus” itu dengan sikap membiarkan lawan “budi”
(bergerak/amarah) dan tetap mempertahankan “suci” (sabar, tenang).
Memposisikan diri tetap bertahan (sabar) sangat ditentukan tingkat
kematangan mental. Dan pada masa Nampon dan H Abdul Rosyid, tenaga dalam banyak
berhasil karena dipegang oleh pendekar yang sudah terlatih bela diri secara
fisik (sabung) sehingga saat menghadapi penyerang mentalnya tetap terjaga.
Sekarang semua sudah berubah. Orang belajar tenaga dalam sudah telanjur
yakin bahwa serangan lawan tidak dapat menyentuh sehingga fisik tidak
dipersiapkan menghindar atau berbenturan. Dan karena tidak terlatih itu disaat
melakukan kontak fisik, yang muncul justru rasa takut atau bahkan mengimbangi
amarah hingga keluar dari konsep “min-plus”.
Sejarah tentang tenaga dalam perlu diketahui oleh mereka yang mengikuti
suatu aliran tenaga dalam. Ketidaktahuan tentang sejarah itu dapat menggiring
seseorang bersikap kacang lupa kulit, bahkan memunculkan “anekdot spiritual”
sebagaimana dilakukan seorang guru tenaga dalam yang karena ditanya
murid-muridnya dan ia tidak memiliki jawaban lalu menjelaskan bahwa orang-orang
yang ditokohkan dalam perguruan itu dengan jawaban yang mengada-ada. Misalnya,
Saman adalah seorang Syekh dari Yaman, Madi disebut sebagai Imam Mahdi, Kari
adalah Imam Buchori, Subandari adalah Syeh Isbandari. Dan jawaban seperti itu
tidak memiliki dasar dan konon hanya berdasarkan pada kata orang tua semata.
Macam – macam pernapasan
1. Nafas perut
Tekniknya tarik nafas lewat hidung, perut ikut mengembang…buang halus lewat
hidung sambil perut dikempiskan sekempis-kempisnya. Agak ditekan sedikit ke
dalam. Gak perlu tahan nafas, otomatis antara tarikan dan buang nafas ada jeda
barang sedetik sih. Inget untuk selalu rileks…gak perlu pakai konsentrasi
berlebihan, tp cukup pindahkan perhatian pikiran ke perut. Posisinya bisa duduk
atau bersila. Sebisa mungkin jangan bersandar. Lakukan min sepuluh menit. Kalau
dasarnya udah kuat entar ada hawa hangat di perut. Kalau dilakukan semakin lama
ntar atmosfir udara di sekeliling loe berubah jd sejuk, agak2 dingin malah.
2. Nafas dada
Tarik nafas lewat hidung, dada yang mengembang/naik. Usahakan posisi perut
tetap rata, jd udara gak terlalu banyak masuk ke perut. Tahan senyaman mungkin.
Idealnya minimal 3 detik. Semakin lama semakin bagus, tp yang terpenting sesuai
kesanggupan…loe ngerasa nyamannya berapa lama. Buang halus lewat mulut.
Otomatis dada ikut mengempis. Usahakan semua otot tubuh rileks. Cukup pindahkan
perhatian pikiran ke dada. Lakukan minimal 10 menit juga. Kalau ada rasa hangat
di dada pertahankan fokus perhatian ke rasa hangat td.
3. Nafas diafragma
Tarik nafas lewat hidung, tp dada + perut sama2 ikut mengembang. Pindahkan
fokus perhatian ke ulu hati. Biasanya ada sedikit terasa tekanan di daerah ulu
hati. Tahan senyaman mungkin, lalu buang halus lewat mulut sambil mengempiskan
dada+perut. Tetap rileks…Lakukan minimal 10 menit juga.
Jd urutan latihan seperti diatas, nafas perut, lalu pindah ke nafas dada,
lalu langsung pindah ke nafas diafragma. Usahan perpindahan antar tiap nafas
sesmooth mungkin, and tanpa putus. Setelah kelar, lakukan lg nafas perut dengan
santai…fokuskan perhatian ke area solar plexus (antara pusar dan perut bawah).
Lakukan sampai terasa hawa hangat di area ini, kalau terasa teruskan nafas
perut minimal 5 menit lg. Kalau tidak terasa hawa hangat, cukup lakukan nafas
perut sampai suhu tubuh normal atau hawa disekeliling menjadi sejuk. (umumnya
dalam proses latihan td suhu tubuh meningkat sampai mengeluarkan keringat yang
cukup banyak).
Ini harus dilakukan, untuk menyimpan tenaga dalam yang sudah bangkit td di
solar plexus…
Latihan dasar 1
Setelah itu duduk/bersila, posisikan kedua telapak tangan di atas lutut
dengan telapak tangan menghadap keatas. Niatkan menyerap energi alam dan
ditampung di tangan td. Dengan berniat otomatis otak mengirimkan perintah ke
tubuh untuk mempersiapkan diri menyerap energi. Setelah itu rasakan dikedua
telapak tangan….ada sensasi energi tidak? Kalau ada cukup pertahankan fokus perhatian
ke kedua telapak tangan, sampai terasa berat/hangat sekali. Bayangkan energi
yang diserap td tertampung di kedua tangan dan membentuk bola energi…..Setelah
cukup (pakai intuisi bro…) masukkan ke tubuh melalui ubun2. Caranya angkat
kedua telapak tangan yang sudah ada bola energinya td ke atas ubun2…lalu
gerakkan ke arah belakang kepala sambil berniat/membayangkan energi masuk dan
menyebar ke seluruh tubuh. Ulangi min 5 kali….
Untuk yang tidak merasakan sensasi energi di telapak tangan pada saat melakukan
penyerapan energi alam ini, silakan lakukan latihan kepekaan dasar berikut:
1. Gosok2 kan kedua telapak tangan perlahan-lahan, kemusian semakin lama
semakin cepat sampai kedua telapak tangan terasa panas.
2. Setelah terasa panas, pisahkan kedua tangan dalam jarak +/- 25-30 cm,
dalam posisi saling berhadapan di depan dada.
3. Fokuskan perhatian ke ruang kosong antara kedua telapak tangan, rasakan
sensasi gelombang elektromagnetic yang terjadi.
4. Apabila terasa sensasi energi yang cukup kuat, jauhkan jarak antara
kedua telapak tangan perlahan-lahan sambil tetap merasakan sensasi energi yang
ada.
5. Tahan jarak kedua telapak tangan sampai maksimal +/- 60 cm. Kemudian
dekatkan lagi perlahan-lahan.
6. Ulangi langkah 1-5 diatas beberapa kali.
Tips:
-Lakukan serileks mungkin, gak perlu terlalu dipaksakan. Tahan nafasnya
cukup senyaman mungkin…sekuat loe deh! Kalau gak kuat 10 menit tiap nafas,
boleh 5 menit-5 menit dulu…
-Usahakan pakai baju yang agak longgar, jangan memakai aksesoris apapun
(jam tangan, cincin dll)
-Untuk latihan nafas lakukan dengan mata terbuka..untuk menghindari ada
pengejangan di area otot wajah dan kepala, sehingga energi latihan tdk banyak
yang tersalur ke area kepala dl…
-Untuk penyerapan energi alam bs dilakukan dalam kondisi mata tertutup, dan
lakukan dengan pernafasan biasa atau nafas perut..(silahkan pilih yang lebih
nyaman & rileks)
- Untuk teknik Latihan Pernafasan Jangan disatukan, dimodifikasi dengan
teknik latihan lain walaupun mirip. Pada teknik selanjutnya akan ada teknik
membuka jalur energi yang apabila dikombinasikan bukan dengan teknik pernafasan
diatas akan berakibat buruk bagi kesehatan.
Tenaga dalam atau istilah asingnya inner power adalah tenaga yang tersimpan
dalam tubuh manusia dan mengendap di bawah sadar.tenaga dalam di sebut juga bio
listrik atau gelombang energi elektromagnetik yang di pancarkan oleh seseorang
yang telah mensinkronkan sumber-sumber listrik di dalam tubuhnya melalui olah
napas [ pernapasan ],olah rasa[penghayatan dan visualisasi] dan olah raga(
jurus-jurus ). jadi bio energi listrik di dalam tubuh ini dapat di olah melalui
tiga saluran di dalam diri yaitu melalui pikiran, perasaan dan fisik.tenaga
dalam ada yang menyebutnya tenaga prana berbentuk pancaran aura dan
getaran-getaran seperti rasa dingin atau panas sesuai dengan cara orang itu
melatihnya.latihan di lakukan dari bagian perut lalu di arahkan ke anggota
badan yang di kehendaki seperti tangan, kaki dan lain-lain.tenaga dalam di
bangkitkan melalui sistem pernapasan yang terarah dengan di gabung jurus-jurus
tenaga dalam.
Tenaga dalam memiliki sifat defensif hanya bisa di lontarkan jika ada
rangsangan yang datang dari luar.rangsangan itu bisa berupa serangan yang di
sertai emosi,maksud jahat,sihir dll.seorang penyerang yang berniat jahat dengan
emosi tinggi akan membangkitkan listrik di dalam tubuhnya yang besar dan
berlawanan dengan orang yang di serang artinya orang itu akan menghasilkan
gelombang elektromagnetik atau bio listrik yang berbeda arah sehingga terjadi
bentrokan yang mengacaukan bio listrik si penyerang,tenaga lawan dalam bentuk
getaran bila menabrak sistem getaran yang di serang sama dengan memberikan
tenaga kepada yang di serang sehigga terjadi interaksi getaran akibatnya bio
elektromagnetik tubuh yang di serang mengalami perubahan
getaran[amplitudo]mirip beradunya aliran listrik positif dan listrik negatif
maka tenaga yang besar akan di hasilkan dari perubahan tersebut sehingga
terjadi respon[reaksi] balasan yang setimpal yang mengakibatkan si penyerang
terpental.
Hawa panas dan hawa dingin
Tenaga dalam membentuk getaran-getaran yang tersalurkan pada urat-urat
tubuh dan pembuluh-pembuluh darah apabila disalurkan. Getaran-getaran energi
ini berbeda-beda, ada yang panas dan ada yang dingin, tergantung bagaiman cara
orang itu berlatih. Energi panas (positif) dan energi dingin (negatif). Ukuran
bangkitnya tenaga dalam yaitu dengan terasanya hawa hangat pada perut atau ulu
hati. Hawa hangat ini tidak terpencar-pencar dan bisa kita salurkan ke bagian
tubuh manapun yang kita mau. Makin lama hawa hangat itu semakin panas dan
menyalurkannya semakin gampang. Tenaga dalam ini apabila disalurkan pada suatu
titik tertentu akan membentuk kekuatan yang dapat dipergunakan untuk
menghancurkan benda-benda keras, pengobatan dan lain-lain. Energi inilah yang
dipergunakan oleh kalangan persilatan di dalam menambah mutu silatnya, juga
dapat dipergunakan sebagai senjata yang ampuh.
Tenaga dalam untuk meningkatkan mutu silat
Tenaga dalam biasanya dikaitkan dengan aliran seni bela diri masyarakat Melayu.
Dipercayai tenaga dalam ada pada diri semua manusia namun perlu dibangkitkan
dengan kaedah-kaedah tertentu antara lain:
Teknik pernafasan.
Meditasi.
Latihan jurus.
Dalam lingkungan masyarakat China, tenaga dalam sangat bergantung pada aliran
chi dalam tubuh kita. Aliran chi adalah aliran tenaga adalah tenaga dari alam
dan tubuh kita yang menyatu. Ini juga tergantung pada keyakinan Yin-Yang.
Tujuan-tujuan membangkitkan tenaga dalam, di antara lain, adalah seperti
berikut:
Untuk kesehatan mental dan fisik.
Untuk bela diri jarak jauh.
Tenaga fisik menjadi jauh lebih
kuat apabila tenaga dalam sudah mencapai tingkat tertentu. Jadi bila dengan
tenaga fisik biasa kita hanya mampu mengangkat beban 50 kg, dengan dibantu
penyaluran tenaga dalam kita dapat mengangkat beban yang lebih berat dari itu.
Untuk mempertajam panca indera.
Jadi kelima panca indera mulai dari penglihatan, pendengaran, penciuman, indera
peraba dan perasa menjadi lebih peka pada tingkatan tertentu ke atas.
Untuk membangkitkan indera
keenam. Indera keenam yang lazim disebut dengan Extra Sensory Perception (ESP)
bila sudah bangkit maka firasat kita akan menjadi tajam dan bisa mengetahui
adanya bahaya sebelum terjadi. Selain itu juga bisa mengetahui niat jahat
seseorang hanya dengan melihat sekilas raut wajah orang tersebut.
Untuk menghancurkan benda-benda
keras. Target kesanggupan memecahkan benda keras tersebut tergantung dari
tingkatan tenaga dalam yang dikuasainya. Makin tinggi tenaga dalamnya, makin
besar daya hancur terhadap sasarannya.
Untuk meringankan tubuh.
Untuk memperkuat memori otak.
Untuk perawatan penyakit terutama
penyakit yang tidak dapat dirawat oleh ilmu kedokteran modern.
Sebagian pengamal ilmu tenaga dalam mengatakan bahwa tenaga dalam dapat
dijelaskan secara ilmiah. Namun hingga kini, belum ada kajian yang jelas secara
ilmiah berkenaan tenaga dalam dan manfaatnya.
Sejarah Tenaga Dalam Indonesia
Tenaga dalam atau Krachtologi (berasal dari perkataan KRACHTOS yang berarti
tenaga dan LOGOS yang berarti ilmu). Pada 4000 SM, Krachtologi sudah dikenal
oleh orang-orang Mesir Kuno. Dalam sebuah buku Papyrus “Yedimesish Ontologia”
yang sudah disalin dalam bahasa Gri Kuno, menceritakan, bila otot bahu
digerakkan akan mengeluarkan tenaga aneh sehingga dapat merobohkan orang yang
sedang marah (diktat Ameta, Krachtologi 23).
Dari Mesir, Krachtologi berkembang ke Babylon, Yunani, Romawi dan Persia.
Di Persia tenaga semacam ini dinamakan Dacht. Dalam Dahtayana disebutkan bahwa
pada suku Bukht dan Persia, terkenal ilmu perang dinamakan DAHTUZ ialah
merobohkan musuh dari jarak jauh. Kaum bangsawan Persia dilatih sejenis senam
waktu dinihari sehingga mereka mempunyai tenaga Daht itu. (Kracht 23).
Dikatakannya pula bahwa orang-orang Badwi mempunyai Daht pada matanya, bila
musuh akan menyerangnya, tiba-tiba musuh itu roboh. Mengapa orang-orang Badwi
banyak mempunyai kekuatan mata seperti itu ? Hal ini disebabkan orang-orang
Badwi dengan tanpa disadari melatih matanya dengan melihat jauh, memandang
padang pasir yang luas membentang itu.
Orang-orang Cina, Tartar, Patan, Moghul, mengenal beberapa silat yang dapat
merobohkan orang dari jauh. Silat Moghul yang terkenal diantaranya SHURULKHAN
yang artinya tipuan licik untuk raja-raja, berbentuk silat dua belas jurus dari
Taymour Lateph Baber (1460-1520). Yang boleh belajar silat itu hanya
kepala-kepala suku dari orang Moghul Islam. Bukbisj Ismeth Bey murid Lateph
Baber dapat memukul dengan toya sejauh satu mil. Bukbisj belajar Shurulkhan
dari Baber selama 20 tahun. Dengan pisau jarinya ia dapat mengeluarkan usus
lawan dari jarak satu tombak. Kawannya melihat ia belajar jurus sejak dini hari
sampai matahari naik, dengan diselingi shalat shubuh. Taymour dan Bukbisj
terkenal orang-orang yang fanatik madzhab Hambali dan sangat anti kepada orang
sufi dan tan (Kracht 24).
Di Cina terkenal beberapa macam silat yang mempergunakan Kracht,
diantaranya Gin Kang (ilmu meringankan tubuh) yang dapat dipergunakan melompat
jauh, loncat tinggi dan berjalan diatas air. Kwie Kang dan Wie Kang hampir
bersamaan, perbedaanya hanya pada jurus pertama. Kwie Kang dengan jurus tinju
dan Wie Kang dengan jurus terbuka. Wie Kang yang disebut jurus sepuluh,
tersebar sampai Vietnam, Campa, Malaya, dan Indonesia. Tumbuhlah menjadi
beberapa aliran, diantaranya silat Mandar dari Sulawesi, silat Timpung dari
Jawa Timur dan silat Nampon dari Jawa Barat, dan sebagainya. Shurulkhan pun
masuk ke Indonesia dan pembawanya ialah orang-orang Cina Islam. Diantaranya
orang Indonesia pertama yang belajar Shurulkhan ialah Tuanku Rao. Orang-orang
Cina Islam menamakan silat itu Tou Yu Kang.
Penyebaran ilmu tenaga dalam di Indonesia
Pada awalnya tenaga dalam hanya dipelajari secara terbatas di berbagai
perguruan silat. Para pendekar silat yang tercatat sebagai guru bagi para
pendiri perguruan silat tenaga dalam generasi berikutnya antara lain:
1. Abah Khoir, yang mendirikan silat Cimande, Cianjur
2. Bang Madi, dari Batavia
3. Bang Kari, dari Batavia
4. Bang Ma’ruf, dari Batavia
5. Haji Qosim, dikenal juga dengan nama Syahbandar atau Subandari, dari
kerajaan Pagar Ruyung
6. Haji Odo, seorang kiai dari pesantren di Cikampek
Perlu menjadi catatan bahwa pada masa ini belum dikenal teknik pukulan
tenaga dalam atau pukulan jarak jauh. Silat yang diajarkan oleh Madi, Kari dan
Syahbandar lebih bersifat fisik. Baik Madi, Kari dan Syahbandar dikenal sebagai
pendekar silat (fisik) pada masanya. H. Qosim yang kemudian dikenal sebagai
Syahbandar atau Mama’ Subadar karena tinggal dan disegani masyarakat desa
Subadar di wilayah Cianjur. Sedangkan Madi dikenal sebagai penjual dan penjinak
kuda binal yang diimpor asal Eropa.
Dalam dunia persilatan Madi dikenal pakar dalam mematah siku lawan dengan
jurus gilesnya, sedangkan Kari dikenal sebagai pendekar asli Benteng Tangerang
yang juga menguasai jurus-jurus kung fu dan ahli dalam teknik jatuhan. Pada era
Syahbandar, Kari dan Madi banyak pendekar dari berbagai aliran berkumpul di
Batavia. Batavia seakan menjadi pusat barter ilmu bela diri dari berbagai aliran,
mulai dari silat Padang, silat Betawi kombinasi kung fu ala Bang Kari, juga
aliran Cimande yang dibawa oleh Khoir.
Perkembangan Selanjutnya
Pada tahun-tahun berikutnya, perkembangan perguruan tenaga dalam layaknya
MLM (Multi Level Marketing). Seseorang yang belajar pada suatu perguruan
memilih untuk mendirikan perguruan baru sesuai selera pribadinya. Ini adalah
gejala alamiah yang tidak perlu dimasalahkan, karena setiap guru atau orang
yang merasa mampu mengajarkan ilmu pada orang lain itu belum tentu sepaham
dengan tradisi yang ada pada perguruan yang pernah diikutinya.
Pertimbangan merubah nama perguruan itu dilatarbelakangi oleh hal-hal yang
amat kompleks, mulai adanya ketidaksepahaman pola pikir antara orang zaman dulu
yang mistis dan kalangan modernis yang mempertimbangkan sisi kemurnian aqidah
dan ilmiah, disamping pertimbangan dari sisi komersial. Yang pasti, misi orang
mempelajari tenaga dalam pada masyarakat sekarang sudah mulai berubah dari yang
semula berorientasi pada ilmu kesaktian menuju pada gerak fisik (olah raga)
karena orang sekarang menganggap lawan berat yang sesungguhnya adalah penyakit.
Karena itu, promosi perguruan lebih mengeksploitasi kemampuan mengobati diri
sendiri dan orang lain.
Aliran perguruan tenaga dalam yang mengeksploitasi kesaktian kini lebih
diminati masyarakat tradisional. Dan menurut pengamatan beberapa pihak,
perguruan ini justru sering “bermasalah” disebabkan pola pembinaan yang
menggiring penganutnya pada sikap “kejawaraan” melalui doktrin-doktrin yang
kurang bersahabat pada aliran lain dari sesama perguruan tenaga dalam maupun
bela diri dari luar (asing).
Sikap ini sebenarnya bertentangan dengan sikap para tokoh seperti Bang Kari
yang selalu wanti-wanti agar siapapun yang mengamalkan bela diri untuk selalu
memperhatikan “sikap 5” yaitu :
- Jangan cepat puas.
- Jangan suka pamer.
- Jangan merasa paling jago.
- Jangan suka mencari pujian dan
- Jangan menyakiti orang lain.
Dan perlu diingat, perkembangan pencak silat sebagai dasar dari tenaga
dalam itu, baik pelaku maupun keilmuannya dapat berkembang karena silaturahmi
antar tokoh, mulai dari silat Pagar Ruyung Padang yang dibawa H Kosim
(Syahbandar), Bang Kari dan Bang Madi yang merangkum silat Betawi dengan Kung
Fu, juga Abah Khoir dengan Cimandenya, RH. Ibrahim dengan Cikalongnya. Setiap
perguruan tenaga dalam memberikan sumbangsih tersendiri bagi masyarakat
Indonesia. Margaluyu menorehkan tinta emas sebagai perguruan tua yang banyak
mengilhami hampir sebagian besar perguruan di Indonesia, dan cabang-cabang dari
perguruan ini banyak berjasa bagi pengembangan tenaga dalam yang ilmiah dan
universal. Sin Lam Ba, Al-Hikmah, Silat Tauhid Indonesia berjasa dalam
memberikan nafas religius bagi pesertanya, dan aliran Nampon berjasa dalam
memberikan semangat bagi para pejuang di era kemerdekaan. Terlepas dari sisi
positif dari aliran-aliran besar itu, pengembangan aliran tenaga dalam yang
kini masih memilih corak pengembangan bela diri dan kesaktian itu justru
mendapat kritik dari para pendahulunya.
Pada tahun 1984 Alm. Sidik murid dari H Abdul Rosyid saat berkunjung ke
wilayah Pati utara dan menyaksikan cara betarung (peragaan) suatu perguruan
“pecahan” dari Budi Suci, menyayangkan kenapa sebagian besar dari siswa
perguruan tenaga dalam itu sudah meninggalkan teknik silat (fisik) sebagai
basic tenaga dalam.
Artinya, saat diserang mereka cenderung diam dan hanya mengeraskan bagian
dada/perut. Kebiasaan ini menurutnya suatu saat akan menjadi bumerang saat
harus menghadapi perkelahian diluar gelanggang latihan. Karena saat latihan
hanya dengan “diam” saja sudah mampu mementalkan penyerang hingga memberikan
kesan bahwa menggunakan tenaga dalam itu mudah sekali. Mereka tidak sadar bahwa
dalam perkelahian di luar gelanggang latihan itu, suasananya berbeda. Dalam
arena latihan yang dihadapi adalah teman sendiri yang sudah terlatih dalam
menciptakan emosi (amarah).
Cara bela diri memanfaatkan tenaga dalam yang benar menurut Alm. Sidik
sudah dicontohkan oleh Nampon saat ditantang jawara dari Banten dan saat akan
dicoba kesaktiannya oleh KM Tamim. Yaitu, awalnya mengalah dan berupaya
menghindar namun ketika lawan masih memaksa menyerang, baru dilayani dengan
jurus silat secara fisik, menghindar, menangkis dan pada saat yang dianggap
tepat memancing amarah dengan tamparan ringan dan setelah penyerang emosi, baru
menggunakan tenaga dalam.
Pola pembinaan bela diri yang tidak lengkap yang hanya fokus pada sisi
batin saja, sering menjadi bumerang bagi mereka yang sudah merasa memiliki
tenaga dalam sehingga terlalu yakin bahwa bagaimanapun bentuk serangannya,
cukup dengan diam (saja) penyerang pasti mental. Dan ketika mereka menghadapi
bahaya yang sesungguhnya, ternyata menggunakan tenaga dalam tidak semudah saat
berlatih dengan teman seperguruannya.
Fenomena pembinaan yang sepotong-potong ini tidak lepas dari keterbatasan
sebagian guru yang pada umumnya hanya pernah “mampir” di perguruan tenaga
dalam. Sidik mengakui banyak orang yang belajar di Budi Suci hanya bermodal
“jurus dasar” saja sudah banyak yang berani membuka perguruan baru. Padahal
dalam Budi Suci itu terdapat 3 tahapan jurus. Yaitu, Dasar Jurus – Jodoh Jurus
dan Kembang Jurus (ibingan).
Karena tergesa-gesa ingin membuka aliran baru itu menyebabkan siswa sering
tidak siap disaat harus menggunakan tenaga dalamnya. Dan Yosis Siswoyo dari
Bandar Karima memberikan konsep bahwa keberhasilan memanfaatkan tenaga dalam
ditentukan dari prinsip “min-plus” yang dapat diartikan : Biarkan orang berniat
jahat (marah), aku memilih untuk tetap bertahan dan sabar.
Karena itu pembinaan fisik, teknik bela diri fisik, teknik, kelenturan,
refleks dan mental bertarung perlu ditanamkan terlebih dahulu karena kegagalan
memanfaatkan tenaga dalam lebih disebabkan mental yang belum siap sehingga
orang ingat punya jurus tenaga dalam setelah perkelahian itu sudah usai.
Berdasarkan pengamatan, tenaga dalam berfungsi baik justru disaat
pemiliknya “tidak sengaja” dan terpaksa harus bertahan dari serangan orang yang
berniat jahat. Dan tenaga dalam itu sering gagal justru disaat tenaga dalam itu
dipersiapkan sebelumnya untuk “berkelahi” dan akan lebih gagal total jika
tenaga dalam itu digunakan untuk mencari masalah.
Tenaga dalam harus bersifat defensif atau bertahan. Biarkan orang marah dan
tetaplah bertahan dengan sabar dan tak perlu mengimbangi amarah. Sebab jika
pemilik tenaga dalam mengimbangi amarah, maka rumusnya menjadi “plus ketemu
plus” yang menyebabkan energi itu tidak berfungsi. Dan dalam hal ini Budi Suci
menjabarkan konsep “min – plus” itu dengan sikap membiarkan lawan “budi”
(bergerak/amarah) dan tetap mempertahankan “suci” (sabar, tenang).
Memposisikan diri tetap bertahan (sabar) sangat ditentukan tingkat
kematangan mental. Dan pada masa Nampon dan H Abdul Rosyid, tenaga dalam banyak
berhasil karena dipegang oleh pendekar yang sudah terlatih bela diri secara
fisik (sabung) sehingga saat menghadapi penyerang mentalnya tetap terjaga.
Sekarang semua sudah berubah. Orang belajar tenaga dalam sudah telanjur
yakin bahwa serangan lawan tidak dapat menyentuh sehingga fisik tidak
dipersiapkan menghindar atau berbenturan. Dan karena tidak terlatih itu disaat
melakukan kontak fisik, yang muncul justru rasa takut atau bahkan mengimbangi
amarah hingga keluar dari konsep “min-plus”.
Sejarah tentang tenaga dalam perlu diketahui oleh mereka yang mengikuti
suatu aliran tenaga dalam. Ketidaktahuan tentang sejarah itu dapat menggiring
seseorang bersikap kacang lupa kulit, bahkan memunculkan “anekdot spiritual”
sebagaimana dilakukan seorang guru tenaga dalam yang karena ditanya
murid-muridnya dan ia tidak memiliki jawaban lalu menjelaskan bahwa orang-orang
yang ditokohkan dalam perguruan itu dengan jawaban yang mengada-ada. Misalnya,
Saman adalah seorang Syekh dari Yaman, Madi disebut sebagai Imam Mahdi, Kari
adalah Imam Buchori, Subandari adalah Syeh Isbandari. Dan jawaban seperti itu
tidak memiliki dasar dan konon hanya berdasarkan pada kata orang tua semata.
Macam – macam pernapasan
1. Nafas perut
Tekniknya tarik nafas lewat hidung, perut ikut mengembang…buang halus lewat
hidung sambil perut dikempiskan sekempis-kempisnya. Agak ditekan sedikit ke
dalam. Gak perlu tahan nafas, otomatis antara tarikan dan buang nafas ada jeda
barang sedetik sih. Inget untuk selalu rileks…gak perlu pakai konsentrasi
berlebihan, tp cukup pindahkan perhatian pikiran ke perut. Posisinya bisa duduk
atau bersila. Sebisa mungkin jangan bersandar. Lakukan min sepuluh menit. Kalau
dasarnya udah kuat entar ada hawa hangat di perut. Kalau dilakukan semakin lama
ntar atmosfir udara di sekeliling loe berubah jd sejuk, agak2 dingin malah.
2. Nafas dada
Tarik nafas lewat hidung, dada yang mengembang/naik. Usahakan posisi perut
tetap rata, jd udara gak terlalu banyak masuk ke perut. Tahan senyaman mungkin.
Idealnya minimal 3 detik. Semakin lama semakin bagus, tp yang terpenting sesuai
kesanggupan…loe ngerasa nyamannya berapa lama. Buang halus lewat mulut.
Otomatis dada ikut mengempis. Usahakan semua otot tubuh rileks. Cukup pindahkan
perhatian pikiran ke dada. Lakukan minimal 10 menit juga. Kalau ada rasa hangat
di dada pertahankan fokus perhatian ke rasa hangat td.
3. Nafas diafragma
Tarik nafas lewat hidung, tp dada + perut sama2 ikut mengembang. Pindahkan
fokus perhatian ke ulu hati. Biasanya ada sedikit terasa tekanan di daerah ulu
hati. Tahan senyaman mungkin, lalu buang halus lewat mulut sambil mengempiskan
dada+perut. Tetap rileks…Lakukan minimal 10 menit juga.
Jd urutan latihan seperti diatas, nafas perut, lalu pindah ke nafas dada,
lalu langsung pindah ke nafas diafragma. Usahan perpindahan antar tiap nafas
sesmooth mungkin, and tanpa putus. Setelah kelar, lakukan lg nafas perut dengan
santai…fokuskan perhatian ke area solar plexus (antara pusar dan perut bawah).
Lakukan sampai terasa hawa hangat di area ini, kalau terasa teruskan nafas
perut minimal 5 menit lg. Kalau tidak terasa hawa hangat, cukup lakukan nafas
perut sampai suhu tubuh normal atau hawa disekeliling menjadi sejuk. (umumnya
dalam proses latihan td suhu tubuh meningkat sampai mengeluarkan keringat yang
cukup banyak).
Ini harus dilakukan, untuk menyimpan tenaga dalam yang sudah bangkit td di
solar plexus…
Latihan dasar 1
Setelah itu duduk/bersila, posisikan kedua telapak tangan di atas lutut
dengan telapak tangan menghadap keatas. Niatkan menyerap energi alam dan
ditampung di tangan td. Dengan berniat otomatis otak mengirimkan perintah ke
tubuh untuk mempersiapkan diri menyerap energi. Setelah itu rasakan dikedua
telapak tangan….ada sensasi energi tidak? Kalau ada cukup pertahankan fokus
perhatian ke kedua telapak tangan, sampai terasa berat/hangat sekali. Bayangkan
energi yang diserap td tertampung di kedua tangan dan membentuk bola
energi…..Setelah cukup (pakai intuisi bro…) masukkan ke tubuh melalui ubun2.
Caranya angkat kedua telapak tangan yang sudah ada bola energinya td ke atas
ubun2…lalu gerakkan ke arah belakang kepala sambil berniat/membayangkan energi
masuk dan menyebar ke seluruh tubuh. Ulangi min 5 kali….
Untuk yang tidak merasakan sensasi energi di telapak tangan pada saat
melakukan penyerapan energi alam ini, silakan lakukan latihan kepekaan dasar
berikut:
1. Gosok2 kan kedua telapak tangan perlahan-lahan, kemusian semakin lama
semakin cepat sampai kedua telapak tangan terasa panas.
2. Setelah terasa panas, pisahkan kedua tangan dalam jarak +/- 25-30 cm,
dalam posisi saling berhadapan di depan dada.
3. Fokuskan perhatian ke ruang kosong antara kedua telapak tangan, rasakan
sensasi gelombang elektromagnetic yang terjadi.
4. Apabila terasa sensasi energi yang cukup kuat, jauhkan jarak antara
kedua telapak tangan perlahan-lahan sambil tetap merasakan sensasi energi yang
ada.
5. Tahan jarak kedua telapak tangan sampai maksimal +/- 60 cm. Kemudian
dekatkan lagi perlahan-lahan.
6. Ulangi langkah 1-5 diatas beberapa kali.
Tips:
-Lakukan serileks mungkin, gak perlu terlalu dipaksakan. Tahan nafasnya
cukup senyaman mungkin…sekuat loe deh! Kalau gak kuat 10 menit tiap nafas,
boleh 5 menit-5 menit dulu…
-Usahakan pakai baju yang agak longgar, jangan memakai aksesoris apapun
(jam tangan, cincin dll)
-Untuk latihan nafas lakukan dengan mata terbuka..untuk menghindari ada
pengejangan di area otot wajah dan kepala, sehingga energi latihan tdk banyak
yang tersalur ke area kepala dl…
-Untuk penyerapan energi alam bs dilakukan dalam kondisi mata tertutup, dan
lakukan dengan pernafasan biasa atau nafas perut..(silahkan pilih yang lebih
nyaman & rileks)
- Untuk teknik Latihan Pernafasan Jangan disatukan, dimodifikasi dengan
teknik latihan lain walaupun mirip. Pada teknik selanjutnya akan ada teknik
membuka jalur energi yang apabila dikombinasikan bukan dengan teknik pernafasan
diatas akan berakibat buruk bagi kesehatan.
Komentar
Posting Komentar